Raja-Raja Kerajaan Bali dari Dinasti Warmadewa

Kerajaan Bali ini terletak di Pulau Bali dan mempunyai hubungan dengan krajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu sangat besar sekali pada masyarakat Bali.

Bahkan sampai sekarang pun dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk Bali adalah penganut Agama Hindu. Meskipun ahama Budha juga berkembang di Bali, tapi tak sepesat perkembangan agama Hindu.

Siapa sajakah para Raja yang telah memerintah di Bali selama masa sejarah?

Kerajaan Bali ini pernah ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang digerakkan oleh Mahapatih Gajah Mada sebagai orang paling berperan penting di dalamnya.

Berdasarkan Prasasti Blanjong yang ditulis pada tahun 914 Masehi, Raja Bali pertama kali adalah Raja Khesari Warmadewa.
Sedangkan raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena yang memerintah pada tahun 915-942 dengan istananya yang berada di Singhamandawa.

Sang Ratu Sri Ugrasena ini telah meninggalkan sembilan prasasti yang berisi pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu dan pembangunan tempat-tempat suci.

Setelah Sang Ratu wafat, penggantinya adalah raja-raja yang memiliki gelar Warmadewa, seperti Sang Ratu Ajiabanendra Warmadewa yang memerintah pada tahun 955-967 M.





Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah Jayasingha yang memerintah pada tahun 975 Masehi.

Selanjutnya Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa yang memerintah pada tahun 975-983 Masehi.

Pada tahun 983 muncullah seorang raja wanita yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi, dan kemudian dia digantikan oleh Dharma Udayana Warmadewa, raja dari keturunan Warmadewa.

Dharma Udayana Warmadewa mempunyai seorang istri yang bernama Gunapriya Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendrdatta, seorang putri dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur.




Setelah adanya pernikahan tersebut, pengaruh kebudayaan Jawa-Bali kia berkembang pesat. Misalnya saja bahasa Jawa Kuno mulai digunakan untuk penulisan prasati dan pembentukan dewan penasehat seperti di kerajaan-kerajaan Jawa.

Raja Udayana memerintah Bali hingga tahun 1001 Masehi.

Raja Udayana memiliki 3 orang putra yaitu:
1. Airlangga.
2. Marakata.
3. Anak Wungsu.

Airlangga tidak memerintah di Bali, namun di Jawa Timur. Namun kedua anaknya mampu melanjutkan menjadi raja hingga tahun 1077. Dan pada tahun inilah Dinasti Warmadewa mulai berakhir dan digantikan oleh dinasti lain.
Lazada Indonesia

4 Kitab yang Menjelaskan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Karena sebenarnya Raden Wijaya yang merupakan pendiri Majapahit adalah seorang pangeran dari Kerajaan Singasari.

Dialah orang yang berhasil lolos dari serangan raja Kediri kala itu, Prabu Jayakatwang yang merupakan Raja Kediri.

Raden Wijaya melarikan diri dari istana Singasari dan menuju ke Pulau Madura. Di sanalah Raden Wijaya menyusun rencana untuk merebut kembali Singasari dan menterbu Kerajaan Kediri.


Raden Wijaya, menantu dari Raja Singasari terakhir, Prabu Kertanegara sangatlah handal dalam membaca situasi dan kondisi. Meskipun pada saat itu sedang berkecamuk perang, namun Raden Wijaya tetap lihai.

Di Pulau Madura, Raden Wijaya berkenalan dengan Arya Wiraraja. Berdasarkan nasehatnya pula, Raden Wijaya akhirnya bisa berhasil menyapu Kerajaan Kediri.

Sejarah dan cerita tentang Kerajaan Majapahit, tertulis di kitab-kitab di bawah ini. Selain dari kitab tersebut, juga berdasarkan berita-berita dari Cina pada masa pemerintahan Dinasti Ming.




4 Kitab-kitab yang menjelaskan Kerajaan Majapahit adalah:


1. Kitab Pararaton.

Menceritakan tentang raja-raja Singasari dan raja-raja Majapahit.

2. Kitab Negarakertagama.

Ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365, menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya.



3. Kitab Sundayana.

Menjelaskan tentang Perang Bubat.

4. Kitab Usaha Jawa.

Menjelaskan tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.

Itulah keempat kitab yang menjelaskan tentang Kerajaan Majapahit yang banyak meninggalkan banyak peninggalan bersejarah berupa seni bangunan dan sebagainya.

Ibukota Majapahit terletak di Kota Mojokerto, Jawa Timur. Hasil kecerdikan dan usaha keras dari Putra dari Bali, menantu Raja Singasari yang bernama Rden Wijaya.

5 Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang

Setelah dijjah oleh Belandan berpuluh tahun lamanya, selanjutnya rakyat Indonesia mengalami penjajahan kembali oleh pemerintah Jepang yang semakin sewenang-wenang.

Di berbagai daerah muncullah perlawanan-perlawanan untuk menentang penjajahan Jepang diantaranya adalah perlawanan oleh masyarakat Indramayu, Aceh dan Blitar.


Namun kesemuanya masih bisa dikandaskan oleh Jepang dengan taktik yang sangat licik agar memperoleh kemenangan bagi negaranya sendiri.

Berikut 5 Macam Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang


1. Perlawanan rakyat Tasikmalaya.

Dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa, pemimpin pondok pesantren Sukamanah. Memulai pada tanggal 25 Februari 1944 melawan Jepang dengan senjata tradisional saja.

KH. Zainal Mustafa berhasil ditangkap pada tanggal 25 Oktober 1944 dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang.




2. Perlawanan rakyat Indramayu.

Timbul karena ada pemaksaan Jepang dlam mengumpulkan padi dari rakyat Indramayu. Bulan April 1944, muncul perlawanan di Kaplongan, Karangampel.

3. Perlawanan rakyat Kalimantan.

Karena perlakuan semena-mena, muncul perlawanan yang dipimpin oleh Pangsuma.



4. Perlawanan rakyat Aceh.

Timbul perlawanan pada tanggal 10 November 1942 yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil di Cot Plieng. Gagal dan Tengku Abdul Jalil ditembak Jepag. Juga ada perlawanan yang dipimpin oleh Abdul Hamid,gagal juga karena dia menyerah setelah diancam akan dibunuh seluruh keluarganya.

5. Perlawanan PETA Blitar.

Tanggal 14 November 1942, Supriyadi melakukan perlawanan di Blitar.

Perbedaan Perlawanan Rakyat Indonesia Secara Terbuka dan Rahasia

Sejarah tidak bisa dilupakan begitu saja. Kehadirannya bisa menjadi penyemangat generasi muda agar lebih berkarya dalam membangun negara yang sudah meredeka ini.

Penderitaan demi penderitaan yang terjadi pada masa penjajahan Jepang telah mendorong timbulnya perlawanan rakyat di berbagai daerah di Indonesia.
Perlawanan tersebut timbul akibat kebijakan pemerintah Jepang yang sewenang-wenang di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya.

Sedangkan bentuk perlawanan rakyat, ada yang dilakukan secara rahasia atau perjuangan di bawah tanah dan ada pula yang dilakukan secara terang-terangan dengan mengangkat senjata.



Perjuangan bawah tanah dilakukan oleh para pemimpin bangsa Indonesia yang bekerja pada pemerintah Jepang.

Meskipun berstatus sebagai pegawai pemerintah Jepang, namun mereka melakukan kegiatan rahasia untuk menghimpun dan menyatukan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Perjuangan bawah tanah dilakukan di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya dan Medan.





Di Jakarta ada beberapa kelompok yang melakukan perjuangan rahasia, diantaranya adalah kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, kelompok Sutan Syahrir dan kelompok pemuda.

Antar kelompok tersebut, selalu terjadi hubungan yang sangat erat.

Selain melakukan perlawanan secara rahasia, perlawanan terhadap Jepang jug dilaksanakan secara terbuka di beberapa daerah. Perlawanan tersebut didorong karena adanya penderitaan rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

Para Pendiri PRRI/Permesta

Sejak tahun 1958 hingga tahun 1965, Indonesia didera dengan berbagai macam pemberontakan di berbagai wilayah di Indonesia, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan bagian wilayah timur lainnya.

Terjadinya rentetan pemberontakan tersebut memang menggoyahkan sendi-sendi persatuan bangsa. Hamun dengan dilandasi oleh rasa nasionalisme dan semangat persatuan dan kesatuan, para pemimpin bangsa mampu mengatasi hambatan dan tangtangan tersebut.




Contohnya saja pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi pada tahun 1958.
Karena kecewa terhadap berbagai kebijakan pemerintah pusat, maka pada tanggal 15 Februari 1958, ketua Dewan Banteng, Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menterinya.



Dibentuknya PRRI oleh tokoh-tokoh Dewan Banteng tersebut menandai meletusnya pemberontakan PRRI di Sumatera.

Pembentukan PRRI di Sumatera segera mendapat sambutan di Indonesia bagian timur. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letnan Kolonel D.J. Somba, komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah mulai memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan menyatakan mendukung sepenuhnya gerkan PRRI.

5 Tujuan Dibentuknya Front Demokrasi Rakyat (FDR)

FDR kepanjangan dari Front Demokrasi Rakyat. Termasuk salah satu komplotan pemberontak dengan gabungan dari PKI. Kelompok ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang antara lain adalah memperkuat kesatuannya demi memuluskan aksinya.

FDR ini terbentuk pada tahun 1948.

Oleh karena Perjanjian Renville yang kurang memuaskan sama sekali bagi pemerintah RI, maka pemerintahan kabinet Ami Syarifudin mendapatkan mosi tidak percaya sehingga jatuh pada bulan Januari 1948.

Tentara FDR

Pada awal tahun 1948, Amir Syarifudin berbalik menjadi pihak oposisi terhadap pemerintahan Hatta.

Dan untuk memperkuat sikap oposisinya tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 1948, ia membentuk FDR yang mempersatukan seluruh golongan sosialis kiri dan komunis.

Amir Syarifudin, Pembentuk golongan oposisi FDR (kanan)

Dalam aksinya, FDR berusaha memancing bentrokan-bentrokan dengan lawan politiknya dan melakukan pemogokan buruh, yang didukung oleh buruh-buruh FDR.




Rencana Lain FDR


Ternyata, FDR juga memiliki rencana lain, yaitu:

1. Akan menarik pasukan komunis yang tergabung dalam TNI dari garis depan.

2. Memindahkan pasukan-pasukan komunis ke daerah-daerah yang strategis.

3. Meninggalkan daerah-daerah yang tidak mungkin dipertahankan.

4. Membentuk tentara rakyat.

5. Menjadikan daerah Madiun sebagai basis.



Selain itu, FDR juga merencanakan daerah Madiun akan dijadikan basis gerilya untuk melaksanakan perjuangannya dan menjadikan daeran Surakarta sebagai "wild west" (daerah liar). Dengan tujuan mengalihkan perhatian masyarakat dan menghalangi penyerbuan Madiun oleh TNI.

Oleh FDR / PKI, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya akan dijadikan daerah netral.

Biografi Singkat E Douwes Dekker

Multatuli alias E. Douwes Dekker adalah penulis buku Max Havelar.

Beliau lahir di Amsterdam pada tanggal 2 Maret 1820.

Sejak tahun 1840, ia menduduki jabatan sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda.






Pada tahun 1856, ia diangkat sebagai asisten residen di Lebak.

Di Lebak, ia melihat kesewenang-wenangan Bupati Lebak kepada rakyatnya.

Setelah mengundurkan diri sebagai asisten residen pada tahun 1857, ia menulis novelMax Havelaar yang menyuarakan nasib bangsa Indonesia yang diajah Belanda (intisari-online.com).

Dokter Douwes Dekker yang punya nama Indonesia Setiabudi Danudirja dimasukkan penjara Wirogunan, Yogyakarta.



Lagi-lagi Vosveld yang kejam bertindak sebagai interogator di atas jip yang membawa mereka menuju penjara.

Interogasi penuh sumpah serapah itu ditanggapi dengan tenang oleh Setiabudi dengan mengatakan, selama PD II ia ada di kamp interniran di Amerika Selatan.

Karena kesetiaannya kepada Republik, Bung Karno mengiriminya ucapan selamat pada ulang tahunnya yang ke-70.